Battle of Ain Jalut

18 Maret 2024 11:11 Di tulis oleh Admin ARTIKEL Battle of Ain Jalut

Oleh: Anas Alhazimi, S.Hum

Kekaisaran Mongol pimpinan Genghis Khan dan keturunannya merupakan penakluk dunia. Kepiawaian dalam mengorganisir pasukan; taktik jitu dalam perang, efisien dalam menyerang, pasukan panah berkuda, membuat teror bagi musuh dan kekejaman tanpa ampun bagi musuhnya. Hal ini membuat takut setiap pasukan yang menjumpainya dan menjadikannya kekaisaran terbesar di dunia.

 Terbukti pada tahun 656 H/1258 M, Abbasiyyah, kekhalifahan besar Islam yang sudah berdiri 5 abad, luluh lantah oleh serangan pasukan Mongol; khalifah al-Musta’sim Billah dibunuh, 1,5 juta kaum muslimin dibantai, harta dijarah dan buku-buku karya cendikia muslim dibakar. Demikian ini dilakukan agar menghancurkan mental kaum muslimin sehingga tidak memiliki nyali untuk melawan kebengisan mereka.

            Merasa di atas awan, Hulagu Khan, mengirim utusan kepada Saifuddin Qutuz, pemimpin kekhalifahan Mamluk di Mesir untuk tunduk kepada Kekaisaran Mongol. Sejarawan David W Tschanz menyebutkan penggalan surat tersebut dalam artikelnya, “History’s Hinge: ‘Ain Jalut” (2007),

“Dari Raja Diraja Timur dan Barat, Khan yang Agung, kepada Quthuz si Mamluk, raja yang berusaha kabur dari pedang kami. Kamu mengetahui bagaimana nasib negeri-negeri lain dan, karena itu, tunduklah kepada kami. Kamu telah mendengar bagaimana kami menaklukkan kerajaan-kerajaan besar dan mengenyahkan mereka dari muka bumi. Kami telah menaklukkan wilayah yang luas, membantai semua orang. Kamu tidak bisa lepas dari teror kami. Ke mana kamu bisa lari? Kuda kami gesit, panah kami tajam, pedang kami seperti petir, hati kami sekeras gunung, tentara kami sebanyak pasir. … Kami akan menghancurkan masjid-masjid sehingga lemahlah Tuhan kalian. Kami juga akan membunuh anak-anak dan orang tua kalian semuanya!”

Mendapat ancaman dari Mongol ditambah kondisi Mesir yang sedang krisis, tidak menyiutkan nyali sang sultan. Setelah mengatasi beberapa permasalahan dalam negeri, meredam perebutan kekuasaan dan menstabilkan ekonomi negara, pasukan Mamluk bergerak hingga ke perbatasan Suriah. Dengan bantuan intelijen dari Ruknuddin Baibars, perwira dari kekhalifahan Ayubiyyah, mereka sepakat untuk menunggu pasukan Mongol di daerah Ain Jalut.

Dikubu sebelah, ketika Hulagu Khan menyiapkan pasukannya, terdengar kabar Mongke Khan,  kakak sekaligus pemimpin tertinggi Mongol meninggal dunia. Menurut tradisi, maka para pangeran harus berkumpul untuk menentukan pewaris tahta berikutnya. Maka ia kembali ke Timur, meninggalan 20.000 pasukan dan Kitbuqa, komandan pasukan Mongol di Damaskus, untuk melajutkan misi menghadapi pasukan Mamluk.   

Pada tanggal 25 Ramadhan 658 Hijriah bertepatan dengan 3 September 1260 kedua pasukan bertemu di lembah Ain Jalut. Setelah beberapa saat, sultan mengisaratkan untuk mundur guna memancing pasukan Mongol  ke lembah yang dikelilingi perbukitan. Strategi ini berjalan sesuai rencana hingga pasukan Mamluk yang masih bersembunyi di perbukitan turun dan mengepung pasukan Mongol. Pasukan Mongol terdesak dan terpaksa bertempur habis-habisan dengan semua kekuatan yang ada. Walaupun begitu, sayap kanan pasukan Mongol tetap tangguh dan sempat menguasai sayap kiri pasukan Mamluk. Akhirnya Saifuddin Qutuz turun langsung menuju medan jihad. Dengan pekikan takbir dan komando langsung dari sang sultan, Mongol dapat dihempaskan dan Kitbuqa tewas di antara tumpukan mayat pasukan Mongol.

Kisah ini memberikan pelajaran kepada kaum muslimin agar tidak gentar terhadap musuh, bersemangat mencari kesyahidan, kekuatan Mongol yang tak terkalahkan pun dapat terhenti di Ain Jalut. Dan perlu digaris bawahi bahwa jihad ini terjadi di bulan Ramadhan, dimana kaum muslimin sedang berpuasa … Ramadhan Mubarak